PMKRI Cabang Bogor Berkolaborasi Dengan Yayasan Jesuit Refugee Service Indonesia Dalam Meningkatkan Pemahaman Mengenai Keberadaan Pengungsi  Di Wilayah Bogor Dan Sekitarnya.

pmkribogor.com Bogor, 9 Juni 2024 – Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Bogor berkolaborasi dengan Yayasan Jesuit Refugee Service (JRS) Indonesia mengadakan acara diskusi untuk meningkatkan pemahaman tentang keberadaan pengungsi di wilayah Bogor dan sekitarnya. Acara ini dihadiri oleh anggota PMKRI serta perwakilan dari organisasi Cipayung lainnya, seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Acara di buka oleh moderator Rian sekaligus memandu jalannya diskusi. Rian memberikan apresiasi kepada seluruh mahasiswa yang hadir dan kepada PMKRI yang telah membuka ruang untuk kolaborasi ini. Ia juga menjelaskan kondisi terkini pengungsi di Bogor, baik suka maupun duka yang mereka alami. “Pengungsi di Bogor menghadapi berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan akses pendidikan dan pekerjaan, hingga kesulitan adaptasi dengan lingkungan sosial yang baru,” ungkap Rian   

Kemudian, Ketua PMKRI Cabang Bogor,menyampaikan Aurelius Maria Dequirino, memberikan kata sambutan. Dalam sambutannya, Aurelius menyampaikan, “Kami dari PMKRI Cabang Bogor merasa terpanggil untuk berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai pengungsi. Melalui kolaborasi ini, kami berharap dapat membangun solidaritas dan dukungan nyata bagi mereka yang membutuhkan. Semoga kegiatan ini menjadi langkah awal bagi kita semua untuk lebih peduli dan terlibat aktif dalam membantu para pengungsi, Ujar Aurelius.

Selanjutnya, Zain sebagai narasumber utama memberikan pemaparan mengenai sejarah berdirinya JRS. Ia menjelaskan bahwa Jesuit Refugee Service (JRS) didirikan oleh Ordo Jesuit pada tahun 1980 sebagai tanggapan terhadap krisis pengungsi Vietnam. Lembaga ini didirikan dengan tujuan membantu dan mendukung para pengungsi di seluruh dunia yang terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat konflik, penganiayaan, atau bencana alam.

JRS berpusat di Yogyakarta, Indonesia, dengan visi dan misi untuk menemani, melayani dan membela hak-hak pengungsi. Lembaga ini berkomitmen untuk menyediakan bantuan kemanusiaan, pendidikan, dan advokasi bagi para pengungsi, serta bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk menciptakan solusi jangka panjang.

Dalam diskusinya, Zain menjelaskan bahwa Indonesia sering menjadi negara transit bagi pengungsi karena letaknya yang strategis di antara negara-negara asal pengungsi dan negara-negara tujuan akhir. Meskipun bukan tujuan akhir, Indonesia memberikan perlindungan sementara bagi para pengungsi yang menunggu penempatan ke negara ketiga.

Saat ini, JRS Indonesia mengurus ribuan pengungsi dari berbagai negara, termasuk Afghanistan, Somalia, dan Myanmar. Menurut data terbaru, ada sekitar 12.000 pengungsi yang berada di Indonesia, dengan JRS melayani sebagian besar dari mereka melalui berbagai program bantuan dan pendampingan.

Salah satu sesi yang paling mengharukan dari pihak jrs menghadirkan sister Rahima adalah seorang pengungsi dari Afganistan yang sudah 10 tahun berada di Indonesia, untuk berbagi pengalamannya. Sister Rahima menceritakan berbagai tantangan yang dihadapinya, mulai dari konflik di negaranya yang memaksa dia untuk mengungsi, sehingga perjalanan panjang menuju Indonesia.

Sister Rahima juga menceritakan tantangan yang dihadapinya di Indonesia, seperti “kesulitan beradaptasi dengan kondisi sosial masyarakat yang berbeda dengan negara-nya, sister rahima juga menjelaskan bahwa pengungsi sering menghadapi kesulitan seperti akses pendidikan, pekerjaan, dan layanan kesehatan yang terbatas.”

Acara ini diakhiri dengan sesi tanya jawab yang interaktif, di mana para peserta dapat bertanya langsung kepada narasumber dan pengungsi yang hadir. Melalui kegiatan ini, diharapkan pemahaman mengenai kondisi pengungsi di Bogor dapat meningkat, dan lebih banyak pihak yang tergerak untuk memberikan bantuan dan dukungan.

Kolaborasi antara PMKRI Cabang Bogor dan Yayasan Jesuit Refugee Service Indonesia menunjukkan pentingnya peran aktif mahasiswa dan organisasi dalam mendukung pengungsi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *