” Diskusi Ragam Doktrin Teologis : Sebuah Catatan”

ristianitas ataupun kekatolikan merupakan istilah yang merujuk pada tatanan kekristenan secara universal yang menganut Doktrin Trinitas secara absolut. Beragamnya doktrinasi dalam berbagai sekte kekristenan tentu, membuat pengkotakan dalam melegitimasi suatu kebenaran absolut. Untuk memastikan suatu kebenaran absolut, tentu kita dapat menggunakan suatu standar kebenaran yang mutlak seperti Bible, namun juga doktrin yang membantu menerjemahkan makna fundamental yang tidak eksplisit dalam bible. Misalnya doktrin St. Agustinus dari Hope, St. Thomas Aquinas, Martin Luther, dan Jhon Calvin. Secara periode pembangunan doktrin memang berbeda, namun relevansinya masih sejalan beriringan. Sumber doktrin bila dilihat dalam sejarah bible tentu bermula dari para Nabi dan Yesus dan para rasul-rasulnya yang hendak membangun konsepsi Yahudi hingga lahirnya kekristenan pada masa itu, di Kota Anthiokia.

Masa 2500 tahun yang lalu sebelum masehi, beberapa doktrin telah lahir dikalangan Yahudi seperti Farisi, dan Saduki. Namun, doktrin ini justru ditentang oleh Kristus dengan mengatakan ” hati-hatilah terhadap ragi farisi dan Saduki”. Bila, ditinjau menggunakan alkitab untuk menguji prinsip kebenaran absolut dari kedua doktrin tersebut, maka kita dapat membuat konklusi bahwa, Farisi benar karena mempercayai adanya kehidupan setelah kematian, sedangkan Saduki sesat karena percaya bahwa tidak ada kehidupan setelah kematian. Semakin kontradiktif ketika kita menggunakan “The City Of God” karya Agustinus untuk menguji kebenaran Alkitabiah. Hal ini karena Propisisi yang dibangun Jesus terhadap Farisi dan saduki adalah tidak benar maka tentu doktrin beberapa Bapa Gereja Pun, tidak dapat dibenarkan. kesan bahwa Jesus sendiri telah melarang hal demikian yang namun, pada akhirnya berkorelasi dengan Bible.

Lahirnya Kekristenan pertama kali di Anthiokia tentu, menunjukan suatu kemajuan doktrin dan perkembangannya. Namun, tak dipungkiri pada masa itu masih dibayangi oleh keraguan beberapa rasul seperti misalnya : Paulus mengatakan bahwa “makan bersama orang bukan Yahudi adalah wajar artinya tidak najis”. Namun hal ini justru dipertimbangkan oleh beberapa rasul yang pada akhirnya mendapat petunjuk sendiri oleh Kristus yakni Rasul Petrus ketika mendapat penglihatan mengenai sajian makanan yang dilarang secara Yahudi namun, dibenarkan oleh Allah melalui penglihatan tersebut.
Pada zaman rasul kemudian menuju kepada zaman Konstantinopel dimana Gereja mulai dibangun dan dilakukan upaya kanonisasi Bible. Kanonik pun, nyaris dipenuhi oleh perdebatan sengit antara kedua doktrin yang pada akhirnya dipilih doktrin Irenius, sedangkan Marsion 140 Masehi ditolak karena dianggap sesat. Hal ini mengerucut pada Agama Kristen Universal yang dipimpin oleh seorang Paus. Hingga pada akhirnya lahirlah beragam Kekristenan dan sekte-sekte yang dalam sejarahnya beberapa disebut bidat atau sesat. Lahirnya Kristen yang dipelopori oleh Marthin Luther sejak tahun 1517, hingga dikembangkan oleh Jhon Calvin, kemudian menginspirasi reformasi Gereja di Inggris pada tahun 1531 Martin Luther tentu, mengembangkan kekristenan dengan alasan yang kuat dan menggunakan standar Kebenaran Absolut yakni bible sebagai legal standingnya. Dari Marthin Luther lah, menginspirasi lahirnya Gereja Luteran dan Ortodoks. Lahirlah beberapa Gereja di Perancis yang dipelopori oleh Jhon Calvin yang pada masa hidupnya menikah dengan seorang janda. Beberapa denomninasi yang lahir pasca revolusi Jhon Calvin yakni Kristen Injili di Indonesia. Beberapa contoh Gereja hasil pengembangan Jhon Calvin yakni, Gereja Reformed Injili Indonesia, Gereja Protestan Injili di Jawa, dan Gereja Kristen Injili di tanah Papua.

Sekilas melirik Doktrin Kristen Universal awal mula era Kepausan. Segenap Umat Katolik percaya bahwa Paus merupakan warisan dari para rasul terlepas dari dinamika lainya yang berpengaruh dalam jabatan maupun keputusan politik Paus. Doktrin Trinitas mutlak sama dengan seluruh denominasi protestan namun, secara pragmatis hal tersebut agak, berbeda. Saya pikir hal demikian merupakan suatu strategi Gereja dalam mengantisipasi eksistensinya. Gereja Katolik sebagai Ibu dalam Kekristenan secara sejarah tentu memegang peranan penting sebagai referensi sejarah Kekristenan. Namun yang menjadi kekuatiran penulis adalah apakah Katolik benar secara pragmatis. Banyak doktrin bapa Gereja yang tentu mengesankan baik ataupun buruknya perlu diuji dengan prinsip alkitabiah. Beberapa doktrin bapa Gereja tentu diadopsi dan memang berkorelasi dengan apa yang bible nyatakan. Beberapa catatan saya tentang kerancuan Doktrin Katolik terkait ritual doa. Hal dikarenakan dalam bible tidak secara eksplisit ditampilkan. Begitu pun dengan Doktrin Teologi kesuksesan seperti kebanyakan dianut oleh Gereja Pantekosta, GBI, dan Gereja metodis lainnya.

Menilai kualitas iman perlu dilihat secara pragmatis oleh Jemaatnya, hal diuji apakah sebagai bukti doktrin yang baik dan berkualitas. Doktrin Yang baik belum tentu dianut oleh kebanyakan umat katolik ataupun denominasi protestan. Maksudnya doktrin ini dapat diterapkan secara pragmatis melalui rasio dan tindakan sehingga dapat menembus jiwa raga Manusia Kristen yang dapat berkonflink terhadap keinginan dirinya yang dipengaruhi emosi akibat stimulan yang dialami dan memengaruhi emosionalnya. Secara sederhana sebagai orang Kristen hidup suci melalui tindakan dan pikiran serta menganut dan mengaku sebagai pengikut Kristus. Oleh sebab itu Kristus sendiri pe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *